67 Trash Barrier Dipasang DPU Pengairan Banyuwangi Perketat Pertahanan Sungai

$rows[judul]

Banyuwangi – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi semakin mempertegas komitmennya menjaga kesehatan ekosistem perairan melalui penguatan program pengelolaan sungai. Upaya ini diposisikan sebagai strategi kunci mencegah masuknya limbah ke laut, yang selama ini menjadi tantangan lingkungan di wilayah pesisir.

Langkah penguatan dilakukan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan dengan memperluas model penanganan sungai berbasis kolaborasi. Selain program pembersihan berkala, pemerintah menggandeng sekolah, komunitas lokal, akademisi, hingga lembaga lingkungan internasional untuk menciptakan sistem pengawasan dan perawatan sungai berkelanjutan.

Plt. Kepala Dinas PU Pengairan Banyuwangi, Riza Al Fahroby, menyebutkan bahwa pengelolaan sungai tidak lagi dapat dipandang sebagai tanggung jawab tunggal pemerintah daerah. Menurutnya, persoalan sampah membutuhkan jejaring kerja yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.


Baca Juga : Luapan Air Mereda DPU Pengairan Banyuwangi Fokus Pulihkan Aliran Sungai Bagong

“Masalah limbah, terutama sampah plastik, punya dampak luas terhadap kualitas lingkungan. Karena itu, yang dibutuhkan bukan hanya intervensi fisik, tetapi gerakan bersama yang konsisten,” ujar Riza. Ia menekankan bahwa perubahan perilaku masyarakat dalam memperlakukan sungai menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.

Salah satu inisiatif yang kini menjadi tulang punggung gerakan konservasi adalah Program Sekardadu, yang menempatkan institusi pendidikan sebagai motor penggerak. Tahun ini, sedikitnya 170 sekolah dan kampus telah mengambil peran mengelola titik-titik sungai, saluran drainase, dan bantaran di sekitar wilayah mereka. Para pelajar terlibat dalam pemetaan, kerja bakti, sosialisasi, hingga pemulihan vegetasi.

Riza menjelaskan, Banyuwangi memiliki 68 sungai besar dan ratusan saluran sekunder yang perlu mendapat perhatian berkala. “Kami ingin generasi muda membangun kedekatan emosional dengan sungai, sehingga muncul rasa memiliki. Jika kesadaran itu terbentuk, maka pelestarian akan berjalan dengan sendirinya,” tambahnya.

Selain pemberdayaan warga, Pemkab Banyuwangi juga memperkuat langkah pencegahan sampah laut melalui kerja sama dengan organisasi lingkungan Sungai Watch. Sejak kemitraan dimulai pada 2022, sebanyak 67 penghalang sampah telah terpasang di titik strategis, membantu menahan limbah padat sebelum memasuki muara. Program rutin pembersihan juga terus dilakukan, salah satunya di Dusun Selogiri, Kecamatan Kalipuro, yang melibatkan pelajar, aparat desa, TNI–Polri, dan relawan.

Pemkab berharap, integrasi berbagai pendekatan—teknis, sosial, edukatif, dan kolaboratif—mampu memperkuat ketahanan lingkungan Banyuwangi menghadapi ancaman pencemaran. Pemerintah mengajak masyarakat terus menjaga kebersihan sungai, mengelola sampah dengan benar, dan melaporkan potensi kerusakan di aliran sungai.

“Air sungai yang bersih bukan hanya soal estetika, tetapi fondasi kesejahteraan,” tutup Riza. (*)