Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi berkolaborasi dengan perusahaan fast moving consumer goods (FMCG),
Enesis membentuk Desa Bebas Nyamuk Keluarga Sehat Bebas Gerak di wilayah
setempat.
Program ini diterapkan di 15 desa
di dua kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, yakni Srono dan
Muncar. Tujuannnya adalah penguatan edukasi gerakan 3M (menguras, mengubur
dan menutup) plus untuk menekan penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Peluncuran tersebut dilakukan
Bupati Banyuwangi, Ipuk di Kantor Kecamatan Srono, Banyuwangi. Ipuk
Fiestiandani mengajak seluruh warga turut berperan dalam pencegahan demam
berdarah dengue (DBD). Ia pun mengimbau masyarakat masif menggalakan 3M
(menguras, mengubur dan menutup).
Baca Juga : Investasi Pertambangan yang Berkelanjutan, Langkah PT BSI Perhatikan Aturan Blasting
"DBD bisa dicegah dengan
bagaimana kita menjaga kebersihan lingkungan. Mulai dari menghilangkan genangan
air yang bisa jadi tempat berkembang biak nyamuk, hingga menggunakan obat anti
nyamuk. Ini perlu dijadikan kebiasaan kita," kata Ipuk.
Program tersebut dilakukan dengan
melibatkan 150 kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik Nyamuk) setempat. Para
kader tersebut akan dibekali materi tentang edukasi masyarakat soal bahaya
nyamuk Aedes aegypti dan menyosialisasikan cara-cara pencegahannya.
Program ini didukung Kementerian
Kesehatan bersama perusahaan fast moving consumer goods (FMCG), Enesis, yang
berkolaborasi meningkatkan kesadaran pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Para kader juga akan memberikan
secara gratis sampel lotion anti nyamuk kepada para keluarga di desa-desa
sasaran.
Lebih dari itu, perusahaan yang
memproduksi lotion antinyamuk merek Sofell itu juga akan menggerakan para kader
untuk mendeteksi sekaligus menangani tempat-tempat yang berisiko menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.
Bupati Banyuwangi Ipuk
Fiestiandani berterima kepada Enesis Group yang turut andil dalam menanggulangi
penyakit yang disebabkan oleh nyamuk di Banyuwangi, khususnya penyakit demam
berdarah.
"Banyuwangi saat ini sedang
dalam situasi yang perlu kerja sama berbagai pihak untuk menuntaskan kasus
demam berdarah," kata Ipuk.
Ipuk menyebut, penanganan wabah
demam berdarah akan sulit bila hanya pemerintah daerah yang bergerak. Maka dari
itu, peran swasta dan warga akan terasa sangat signifikan. Apalagi, turun
tangannya para kader juga bisa mendeteksi dini apabila terdapat warga yang
mengalami gejala awal demam berdarah.
Hal itu akan menghindarkan warga
yang terjangkit demam berdarah pada tahap kefatalan.
Gerakan Desa Bebas Nyamuk dan
Keluarga Sehat Bebas Gerak, lanjut Ipuk, bakal kesinambungan dengan
program-program yang dijalankan oleh pemerintah. Kementerian Kesehatan memiliki
program pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan 3M plus. Sementara pemerintah
daerah juga memiliki program Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk
(Gertak PSN).
"Ayo dijalankan bersama-sama
gerakan-gerakan ini untuk meminimalisir risiko penyebaran kasus demam
berdarah," ujarnya.
Head of HR dan Public Relations
Enesis Group, RM Ardiantara menjelaskan, para kader yang dibina akan turun ke
desa-desa sasaran selama sebulan. Sebanyak sepuluh kader menangani
masing-masing satu desa.
Dua kecamatan yang menjadi sasaran
program itu adalah Kecamatan Srono dan Muncar. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Banyuwangi, Srono dan Muncar adalah dua desa dengan tingkat kasus demam
berdarah tertinggi selama 2024. Maka dari itu, Enesis Group memilihnya sebagai
sasaran gerakan Desa Bebas Nyamuk dan Keluarga Sehat Bebas Gerak.
Data Dinas Kesehatan menyebut,
kasus demam berdarah di Banyuwangi sepanjang tahun ini mencapai 234 kasus.
Sebanyak enam orang di antaranya meninggal dunia.
"Harapan kami, angka kasus
demam berdarah bisa ditekan ke depannya. Caranya tentu melalui edukasi,
deteksi, pembagian lotion antinyamuk, serta melalui gerakan 3M plus,"
tutur Bambang.
Bambang menjelaskan, Banyuwangi
merupakan daerah pertama tempat diluncurkannya gerakan Desa Bebas Nyamuk dan
Keluarga Sehat Bebas Gerak. Setelah Banyuwangi, Enesis Group juga akan
menjangkau daerah-daerah lain di Jatim dan luar Jatim.
"Untuk jangka panjang, kami
berharap gerakan ini akan mengubah pola pikir warga dan membuat masyarakat
lebih aware terhadap penyakit demam berdarah," ungkap dia.