Banyuwangi – Kabupaten Banyuwangi dikenal sebagai salah satu sentra bawang merah di Jawa Timur. Meningkatkan produksinya, kelompok tani (poktan) di Banyuwangi menerapkan light trap sebagai penangkal hama. Dengan cara ini produksi bawah merah meningkat menghasilkan rata-rata 13 ton, dari sebelumnya 10 ton per hektar.
Light trap yang digunakan dengan memasang lampu LED berwarna hijau di areal tanaman bawang merah. Lampu ini dinyalakan setiap malam hari untuk menangkal kupu-kupu putih (kaper/grayak) yang menjadi hama utama tanaman bawang merah.
Baca Juga : Teknologi untuk Petani: Keunggulan Aplikasi Cek Pubertas dalam Manajemen Pupuk Banyuwangi
Seperti yang dilakukan kelompok tani (Poktan) Joyo dari Desa Kedungwungu, Kecamatan Tegaldlimo. Para petani menyebut teknik ini dengan Lautan Merah (Lampu Meningkatkan Produksi Bawang Merah). Di poktan Joyo Boyo, penggunaan teknik ini dilakukan oleh 30 petani di lahan seluas 7 hektar.
Dengan teknologi light trap, produksi Poktan Tani Joyo meningkat dari 10 ton per hektar (2022), menjadi 13 ton per hektar (2023). Selain itu, penggunaan pestisida juga berkurang hingga 40 persen sehingga mampu menekan biaya produksi petani.
“Dengan menggunakan lampu, ternyata bukan hanya produksinya yang meningkat, tapi penggunaan bahan kimianya juga berkurang sehingga lebih ramah lingkungan,” kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, saat mengunjungi lahan bawang merah pokta Tani Joyo di sela kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) di Desa Kedungwungu, Kecamatan Tegaldlimo.
Ketua Poktan Tani Joyo, Hendro Kurniawan, menjelaskan penggunaan light trap sudah dilakukan sejak 2020. Awalnya, kata dia, banyak petani yang mengeluhkan serangan hama kaper.
Mereka menggunakan bahan pestisida untuk mengatasinya. Selain harganya sangat mahal, pestisida ternyata juga berbahaya bagi lingkungan jika digunakan dalam jangka panjang. Akhirnya mereka berinisiatif memasang lampu untuk menangkal serangan kaper.
“Lampu ini sebagai repellent yang dipercaya dapat menarik perhatian kupu-kupu (kaper) sehingga mereka tidak hinggap dan bertelur di daun bawang,” kata Hendro.
Saat bertelur, kata Hendro, kaper mampu menghasilkan 2000-3000 butir telur. Setelah menetas, telur akan menjadi ulat yang dapat merusak dan menghambat pertumbuhan tanaman bawang merah.
“Inilah musuh utama petani bawang merah. Makanya kita mencari cara agar kaper ini tidak sampai hinggap dan bertelur di tanaman kita,” ujarnya.
Penerapan light trap saat ini telah dilakukan di lahan bawang merah seluas total 50 hektar se-Banyuwangi. Untuk mendorong produktivitas, Pemkab memberikan berbagai bantuan diantaranya berupa mulsa, NPK, dan pupuk organik kepada sejumlah kelompok tani. (*)