Banyuwangi – Dinas PU Pengairan Banyuwangi mengadakan rapat koordinasi dengan seluruh Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air (GHIPPA) dan Koordinator Sumber Daya Air (Korsda) dari berbagai wilayah Daerah Irigasi (DI) Baru di Banyuwangi. Agenda rapat kali ini difokuskan pada persiapan penyelenggaraan ritual "Bubak Bumi" yang akan berlangsung di Dam Karangdoro pada 30 September 2024 mendatang.Kepala Dinas PU Pengairan Banyuwangi, Guntur Priambodo, menjelaskan bahwa ritual ini merupakan tradisi yang telah berlangsung lama di Banyuwangi. "Bubak Bumi bukan hanya menjadi sarana memohon doa agar musim tanam berjalan lancar, tetapi juga sebagai ajang pelestarian budaya lokal dan memperkuat kebersamaan antarkomunitas petani," jelasnya.
Ritual yang akan mengusung tema "Sewu Ancak" ini dirancang untuk menyatukan para petani dalam harapan agar musim tanam berjalan sukses tanpa gangguan hama maupun cuaca buruk. "Sewu Ancak" mengacu pada seribu wadah anyaman bambu yang akan diisi hasil bumi dan sesaji sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan.
Selain makna spiritual dan kebudayaan, Dam Karangdoro juga menyimpan nilai sejarah. Dibangun pada tahun 1921 oleh pemerintah Hindia Belanda, dam ini menjadi bagian penting dari sistem pengairan di Desa Karangdoro. "Dam Karangdoro memiliki peran vital dalam kesejahteraan masyarakat lokal, dan ritual ini menjadi pengingat betapa pentingnya peran sumber daya air dalam kehidupan agraris," tambah Guntur.
Rapat tersebut juga membahas berbagai persiapan teknis untuk menjamin kelancaran acara. GHIPPA dan Korsda di seluruh Banyuwangi diminta untuk berpartisipasi aktif dalam mempersiapkan acara yang diharapkan membawa keberkahan bagi seluruh masyarakat.
“Kami berharap partisipasi aktif dari petani, aparat desa, dan masyarakat umum untuk turut serta menyukseskan Bubak Bumi ini,” tutup Guntur.