Peran Perawat dalam Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian TB Paru di Banyuwangi

$rows[judul]
Ilustrasi.

Banyuwangi – Perawat Nasional Indonesia (PPNI) turut mendukung program pemerintah daerah menurunkan angka kesakitan dan kematian kasus Tubercolosis (TB) Paru di Banyuwangi.

Salah satu upaya yang masif dilakukan adalah dengan rutin terjun ke masyarakat untuk mensosialisasikan tentang cara penangan dan penurunan TB Paru. Biasanya upaya ini karib disebut dengan kegiatan Grebek TBC.

Mereka selalu menjadi garda terdepan dalam menangani masalah penyakit di masyarakat. Mereka juga yang paling rentan terhadap tertularnya penyakit. 


Baca Juga : Aldhea Azarina: Sosok Inspiratif dari Banyuwangi di Panggung Internasional

Ketua DPD PPNI Banyuwangi, Ns. H. Subroto, mengatakan upayanya tersebut sebagai bentuk dukungan organisasi profesi terhadap program penuruan penyakit TB.

“Kita akan terus aktif membagi pengetahuan bagiamana cara menurunkan cakupan angka kematian dan kesakitan susfect TB Paru di masyarakat. Diantaranya, melakukan deteksi dini terhadap masyarakat yang dicurigai suspect TB baru yang disampaikan nara sumber,” kata dia.

PPNI juga rutin memberikan edukasi kepada perawat. Biasanya perawat juga diajarkan mekanisme pelayanannya.

"Selaku ujung tombak dalam layanan kesehatan, perawat bisa melakukan pemeriksaan dini jika ada ada pasien yang memiliki indikasi TB. Misalnya keluhan batuk tak sembuh-sembuh selama dua Minggu dengan suhu badan panas terus menerus. Jika diketahui seperti ini perawat memiliki kewajiban merujuk pasien untuk berobat,” ujarnya. 

Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayar mengaratakan langkah PPNI tersebut membantu menekan angka TB di bumi Blambangan.

Selama ini, lanjut Amir, penanganan kasus TB telah dilakukannya secara serius oleh pemerintah.

Salah satunya menggandeng organisasi masyarakat untuk mencari dan melaporkan masyarakat yang diduga suspect Tb Paru. 

"Seoga terus bisa bersinergi dengan baik untuk meningkatkan derajat kesehatan di Banyuwangi,” tegasnya.