Banyuwangi - Periode 1000 hari pertama kehidupan, dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan ibu hingga anak berusia 2 tahun. Pertumbuhan anak dalam periode ini berlangsung secara cepat sehingga disebut juga dengan istilah periode emas. Perkembangan fungsi otak terjadi sejak masa embrio dan pada sat bayi dilahirkan sudah terbentuk 25% otak orang dewasa. Kemudian berkembang pesat hingga terbentuk 70-80% otak orang dewasa pada usia 2 tahun dan mencapai 90% pada usia 5 tahun.
Kekurangan nutrisi selama kehamilan, masa menyusui dan saat anak mulai MPASI dapat mengganggu perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, gangguan metabolisme tubuh dan anak menjadi mudah sakit. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada dibawah standar disebut stunting.
Salah satu penyebab stunting adalah kurangnya asupan protein. Sejak bayi dalam kandungan, kebutuhan protein ibu hamil lebih tinggi dibandingkan saat sebelum hamil, yaitu bertambah 10 gram pada trimester kedua dan 30 gram pada trimester ketiga. Sedangkan pada ibu menyusui, kebutuhan protein bertambah 20 gram pada 6 bulan pertama menyusui dan 15 gram pada 6 bulan berikutnya.
Baca Juga : I-CARE: Langkah Revolusioner RSUD Blambangan dalam Menyelamatkan Pasien Stroke
Kebutuhan protein bayi usia 6-11 bulan sekitar 15 gram. Protein dalam 1 butir telur berkisar antara 6-7 gram, setara dengan 30 gram ayam, ikan, atau daging sapi, cukup untuk memenuhi kebutuhan protein pada masa MPASI. Tentu saja ini harus disesuaikan dengan kemampuan makan bayi karena pada tahap awal MPASI, porsi makan yang diberikan masih sedikit sebagai tahap perkenalan dan protein juga masih dicukupi dari ASI.
Usia 1-2 tahun, kebutuhan protein harian sekitar 20 gram. Pada usia ini, anak sudah mampu makan dengan porsi yang lebih banyak dengan tekstur makanan mendekati atau sama dengan makanan keluarga.
Berdasarkan sumbernya, protein dibagi menjadi 2 yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein nabati berasal dari tumbuhan, seperti kacang-kacangan dan olahannya. Sedangkan protein hewani berasal dari hewan, seperti daging, unggas, telur, ikan, dan susu.
Protein hewani mengandung asam amino yang lengkap dan mineral dengan ketersediaan dan daya serap yang tinggi sehingga konsumsi protein hewani lebih diutamakan. Konsumsi protein hewani dalam sehari disarankan minimal berasal dari 2 jenis agar asam amino dalam makanan saling melengkapi karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung zat gizi lengkap.
Pemilihan sumber protein hewani tidak harus bersumber dari bahan yang mahal, bisa didapat dari bahan yang mudah dan terjangkau seperti bahan pangan lokal justru lebih diutamakan. Makan minimal 1 butir telur ayam per hari dapat membantu mencegah stunting, karena telur mengandung asam amino dan asam lemak omega-3 yang tinggi.
Selain itu, pemilihan jenis jajanan atau makanan selingan juga berpengaruh terhadap status gizi anak. Biasakan untuk memilih selingan padat gizi dan aman, seperti roti, biskuit, atau kue buatan rumah. Snack seperti ini lebih bergizi dibandingkan makanan tinggi natrium seperti keripik, kerupuk, maupun tinggi gula seperti permen, minuman kemasan yang justru akan mengganggu jadwal makan anak.
Makanan mahal belum tentu bergizi, makanan sederhana bisa saja bernilai gizi tinggi. Kuncinya, pilih bahan pangan lokal yang aman dan terjangkau, diolah dengan benar, dan dikonsumsi dengan tepat porsi. Bila Anda membutuhkan konsultasi dengan Ahli Gizi, silakan kunjungi Poliklinik Gizi RSUD Blambangan yang buka setiaphari senin s/d kamis (07.00-11.30), jum’at (07.00-10.00) dan sabtu (07.00-11.00).
Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Blambangan, Abdul Latip, mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan protein pada ibu hamil dan balita bukan hanya bertujuan untuk mencegah stunting, tapi lebih jauh untuk mewujudkan anak-anak Indonesia yang tumbuh optimal berkualitas dan cerdas.