Dispertan Banyuwangi Stabilkan Harga Gabah-Beras Agar Terjangkau Masyarakat

$rows[judul]
Ilustrasi. (Pixabay).

Banyuwangi - Pemkab Banyuwangi memastikan stok beras selama lebaran tercukupi. Bahkan, Pemkab Banyuwangi melalui Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) terus memantau harga gabah di tingkat petani. 

Sejumlah daerah di Bumi Blambangan tengah mengalami panen raya. Dalam rangka momen panen raya itu, Dispertan memastikan harga gabah di tingkat petani masih stabil. 

Kepala Dispertan Banyuwangi Arief Setiawan mengungkapkan, bulan Maret menjadi momen sejumlah daerah mengalami panen raya. Untuk menjaga stabilitas harga beras, pihaknya terus memantau harga gabah.


Baca Juga : Musim Tanam Mundur, Dispertan Imbau Petani Pakai Metode Tanam Culik

"Maret ada panen dari musim tanam  tiga bulan lalu. Alhamdulillah untuk Kabupaten Banyuwangi harga gabah stabil," ujarnya.

Arief mengatakan, harga gabah akan mempengaruhi harga beras di Kabupaten the Sunrise of Java ini. Dalam menjaga stabilitas harga gabah tetap terjangkau tanpa menyusahkan petani, maka dilakukan sejumlah cara untuk mengatasinya. 

"Kalau pun harga gabah turun tidak terlalu signifikan. Karena mempengaruhi harga beras di Kabupaten Banyuwangi," imbuhnya. 

Saat ini, Kabupaten Banyuwangi tengah mengimpor beras untuk mencukupi kebutuhan daerah. Adanya impor beras itu, Arief memastikan ketersediaan beras dan gabah di Bumi Blambangan dalam kondisi aman. 

"Banyuwangi menjadi sentra dari beras impor yang turun di Banyuwangi. Sekaligus juga menginformasikan ketersediaan beras dan gabah hampir seimbang di Kabupaten Banyuwangi," ucapnya. 

Ketersediaan beras yang mencukupi menjelang hari raya ini. Arief memprediksi adanya penurunan harga pada komoditas beras. 

Namun, penurunan harga beras menjadi dilema bagi para petani. Lantaran penurunan harga beras selaras dengan harga gabah. "Prediksi kami sampai dengan lebaran harga beras mulai turun. Memang harga gabah turun menjadi dilema bagi para petani. Karena gabah dari Bulog dan penggilingan padi tidak terlalu signifikan," terangnya. 

Sebagian besar petani, lanjut Arief, menjual gabah tidak ke Bulog. Enggannya petani ke Bulog disebabkan harga gabah dibeli dengan harga yang lebih murah dibanding harga dari tengkulak di sawah. 

Akibatnya, mayoritas petani tidka menjual gabah ke Bulog. Mereka memilih menjual gabah ke tengkulak. 

"Petani menjual (gabah Red) ke tengkulak karena harganya memang lebih mahal," tandasnya.