Banyuwangi - Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Banyuwangi tengah fokus melakukan percepatan tanam untuk meningkatkan produksi padi nasional.
Kepala Dispertan Banyuwangi Arief Setiawan mendorong para petani untuk mempercepat waktu tanam dengan sistem tanam culik.
Arief menjelaskan bahwa sistem tanam culik merupakan upaya mengoptimalkan pemanfaatan hujan melalui manajemen mempercepat waktu tanam.
Baca Juga : Masa Panen, Petani Selada Air Mampu Raup Omset Rp 3 Juta per Hari
“Jadi, petani setelah melakukan panen, bisa langsung menanam kembali dengan sistem ini,” kata Arief.
Dorongan itu menyusul curah hujan di Banyuwangi mulai cukup intens, sehingga memungkinkan para petani untuk segera memasuki musim tanam utama.
Arief mengatakan strategi ini bisa jadi langkah jitu peningkatan produksi di tengah El Nino yang telah berdampak pada mundurnya masa tanam karena kekeringan.
“Jadi para petani bisa melakukan percepatan tanam kembali dengan melakukan persemaian lebih awal sehingga para petani tidak menunggu panen, baru melakukan melakukan persemaian,” tukasnya.
Apalagi saat ini juga tersedia Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang bisa melayani persemaian di seluruh Banyuwangi. Seperti di UPJA Tani Makmur Gladag, Rogojampi.
General Manager UPJA Tani Makmur Gladag, Heru Rusianto mengatakan, melalui tanam culik ini petani bisa melangsungkan masa tanam empat kali dalam setahun.
Ia menjelaskan, istilah tanam culik ini dimana penyemaian padi dilakukan dengan mempercepat atau mencuri start waktu tanam.
“Jadi, penyemaian padi dilakukan sebelum panen, istilahnya menculik waktu 20 hari setelah panen, padi langsung ditanam,” ujarnya.
Petani, kata Heru, bisa melakukan pemesanan sekitar 10-15 hari sebelum panen dilangsungkan. Karena masa itu UPJA lagi menyiapkan proses penyemaian dari benih menjadi bibit padi siap tanam setelah 20 hari pemesanan.
Sejauh ini UPJA Tani Makmur telah menjangkau hampir seluruh daerah di Banyuwangi untuk mendorong percepatan masa tanam.
Soal apakah unsur hara tanah akan berkurang karena penanaman tanpa jeda, menurut Heru tidak berpengaruh asalnya diimbangi dengan perlakukan khusus.
“Kita juga dibantu oleh Dispertan untuk menjaga kesuburan tanah. Sudah ada produk-produk yang bisa digunakan seperti mikroba, PHC (pupuk hayati cair),” bebernya.
Program tanam culik ini, kata Heru, sudah teruji dan berhasil. Seperti yang dijalankan di Kedaleman, Rogojampi pada tahun 2022. Kala itu menggunakan padi hibrida varietas unggul IP400 yang didapat dari program pemerintah.
“Pengujian di Kedaleman kita sukses dan berjalan selama setahun. Kemudian lanjut di Gladag (Rogojampi) dan Gintangan (Blimbingsari) itu juga sukses,” tandasnya.