Dinamikaindonesia.co.id- Meski di era modernisasi, masyarakat Banyuwangi hingga
kini masih banyak yang melestarikan seni budaya tradisional khas daerahnya.
Salah satunya kesenian jaranan buto di kawasan Banyuwangi selatan masih banyak
dikalangan anak-anak yang gemar menari Jaranan Buto.
Jaranan buto adalah seni tari yang menggunakan properti
kuda-kudaan seperti tari kuda lumping. Saat ini, Di Banyuwangi selatan sedang
booming jaranan buto dikalangan anak-anak. Di Banyuwangi pertama kalinya ajang
lomba seni tari Jaranan Buto Cilik diselenggarakan. Ratusan peserta ramaikan
ajang yang digelar di Aula Cluring Waterpark, Banyuwangi, Rabu (7/6/2023).
Baca Juga : Kultur Using di Banyuwangi Ditanamkan ke Anak Didik
Ajang ini diminati ratusan pelajar di tingkat SD/Sederajat
dan SMP/Sederajat. Didampingi oleh wali murid masing-masing siswa, membuat
suasana panggung ajang Jaranan Buto Cilik semakin meriah.
Ketua panitia, Suko Prayitno S. Pd mengungkapkan rasa
bangga, para generasi muda di Banyuwangi masih banyak yang melestarikan
kesenian Jaranan Buto.
"Kebanyakan, pelajar di Banyuwangi yang berprestasi di
dunia tari rata-rata perempuan. Maka dari itu kami mencoba untuk menggerakkan
ajang seni tari yang diminati siswa laki-laki untuk menyalurkan bakatnya dengan
lomba Jaranan Buto Cilik," ungkap Suko.
Dengan ajang ini, Suko berharap seni jaranan buto ini
menyeluruh di seluruh wilayah kecamatan se Banyuwangi.
"Intinya, jangan sampai kesenian ini punah. Generasi
muda tetap eksis dengan kesenian-kesenian yang ada di Banyuwangi," imbuh
Suko.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadispendik) Banyuwangi, Suratno,
mengapresiasi para siswa yang mampu melestarikan budaya dan kesenian daerah
dengan ditunjukkannya berbagai prestasi dan bakat di bidangnya.
Menurutnya, peran seni dan budaya di lingkungan sekolah
sangatlah penting, pertama mampu meredam emosi tumbuh kembang anak dengan
disalurkan kepada kegiatan seni dan budaya.
Bagi Suratno, pengembangan prestasi anak didik di Banyuwangi
tidak hanya terpaku pada bidang akademik saja, namun juga dibidang non akademik
yang turut menjadi program utama.
"Jadi, apabila bakat dan potensi siswa terus digali
secara terus menerus serta diberikan wadah untuk unjuk bakat, maka diharapkan
dapat mencetak para seniman ternama kedepan serta bisa melestarikan budaya
Banyuwangi," pungkasnya.
Melirik perkembangan Jaranan Buto di Banyuwangi, dulu
kesenian ini dikembangkan oleh Almarhum Setro Asnawi asal Trenggalek. Ia
merantau sekaligus menjadi warga Banyuwangi sekitar tahun 1963. Ia tinggal di
Dusun Cemetuk, Desa Cluring, Banyuwangi.
Setelah setahun menetap di Banyuwangi, Setro mengembangkan
kesenian tari Jaranan Buto yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh penggiat
jaranan di Bumi Blambangan.
Penari Jaranan Buto, mengenakan pakaian ala prajurit gagah
berani dan merias mukanya bak seperti amarah buto dengan menunggang kuda
terbuat dari kulit bergambarkan wajah raksasa.