Banyuwangi - Pemkab Banyuwangi terus memacu produksi potensi
pertanian, terutama komoditas yang banyak diminati pasar. Salah satunya pisang
cavendish atau ambon putih. Pisang ini memiliki harga yang relatif stabil dan
banyak diminati pasar.
Pisang cavendish merupakan komoditas buah tropis yang sangat
populer di dunia sehingga memiliki prospek pasar yang luas. Pengembangan buah
ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani hortikultura di Banyuwangi.
Salah satu sentra pisang cavendish di Banyuwangi terletak di
Kecamatan Cluring. Saat ini, total luasan tanaman pisang Cavendish di Kecamatan
Cluring mencapai 10 hektar.
Baca Juga : Penggunaan Pupuk Organik di Banyuwangi: Hemat Biaya dan Ramah Lingkungan
Sunarto salah satu petani cavendish di Desa Cluring, mengembangkan
pisang Cavendish jenis Grand Nine (G9). Karakteristik G9 ini memiliki ukuran
buah lebih besar, tekstur daging buah yang lembut, serta rasa manis asam.
Sunarto menceritakan awalnya dia merupakan petani cabai.
Namun sejak lima tahun lalu, dia beralih menjadi petani pisang Cavendish karena
dinilai lebih menguntungkan. Selain harganya lebih stabil, perawatannya tidak
rumit. Biaya operasionalnya juga lebih murah.
“Permintaan pisang cavendish sangat tinggi, sehingga prospek
ke depan lebih menjanjikan. Kita tidak kerepotan mencari pasar karena buah ini
sangat diminati,” kata Sunarto saat Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani
mengunjungi lahan Cavendish miliknya di sela kegiatan Bunga Desa (Bupati
Ngantor di Desa) di desa tersebut, pada 27 Juni 2024 lalu. Bupati Ipuk juga
ikut melakukan panen perdana pisang Cavendish di lahan tersebut.
Sunarto menceritakan, menanam pisang cavendish memerlukan
keuletan dan ketelatenan. Pemilihan bibit yang unggul, proses penanaman, cara
perawatan, hingga penanganan pasca panen sangat menentukan kualitas buah yang
dihasilkan.
Rata-rata satu pohon mampu memproduksi pisang cavendish
seberat 20 kg. Hasil panennya ini akan langsung diambil oleh pengepul, untuk
diproses dan dipasarkan ke sejumlah supermarket di wilayah Surabaya, Bali, dan
beberapa kota besar lainnya.
“Harga dari kami RP. 6.000 per kilogram. Jadi kalau di
rata-rata per pohon bisa menghasilkan Rp. 120.000,” ujarnya.
Sunarto sendiri menanam 500 pohon Cavendish di lahannya.
Kalau dirata-rata produksinya bisa mencapai 1 ton dengan omset mencapai Rp. 60
juta dalam satu musim tanam.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan akan terus
mendukung pengembangan komoditas pertanian, salah satunya cavendish.
“Potensinya besar dan kita memiliki alam yang cocok untuk jenis pisang ini. Ini
harus kita optimalkan agar pendapatan dan kesejahteraan petani Banyuwangi bisa
meningkat,” kata Ipuk.
Di Banyuwangi, pisang Cavendish juga dikembangkan di
Kecamatan Bangorejo, Tegaldlimo, Purwoharjo, dan Muncar.
Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi,
Arief Setiawan, menambahkan, Dispertan juga sangat mendukung pengembangan
pisang cavendish sebagai salah satu komoditas unggulan Banyuwangi.
“Dengan adanya pendampingan dan pelatihan yang intensif,
kami berharap petani dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil
pertanian mereka. Pisang Cavendish memiliki potensi besar untuk diekspor, dan
ini akan menjadi salah satu prioritas kami dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan petani dan perekonomian daerah,” cetusnya.